Salah jurusan disini maksudnya adalah salah jurusan di sekolah. Sejak kelas 3 SMP, mama gue udah tanyain gue mau masuk jurusan akuntansi gak (sebenarnya bukan nanya, tapi nyuruh). Berhubung gue adalah anak yang berbakti pada orang tua, nusa dan bangsa, maka gue turutin perintah mama gue buat masuk jurusan akuntansi.
Awalnya gue pikir gue bakalan cocok di jurusan ini, karena keluarga gue (terutama kedua kakak gue) adalah peminat akuntansi. Sebenarnya dari satu tahun pertama di sekolah itu, gue sudah merasa tidak memiliki bakat yang baik dalam jurusan ini. Mendengar kata siklus akuntansi saja gue sudah merinding. Membayangkan bagaimana mengelolah sebuah bukti transaksi hingga menjadi sebuah laporan keuangan. Apa yang gue pelajari di kelas satu saja sudah lupa. Ini jelas bukan sindrom biasa yang dialami 99% pelajar di dunia, tapi sebuah penyakit khusus yang dialami gue karna ketidakcocokan dengan jurusan akuntansi.
Gue gak berani bilang kalau gue sebenarnya gak suka akuntansi, berhubung mama gue udah susah payah biayain gue sekolah di jurusan akuntansi. Tapi bahkan orang yang membiayai gue sekolah (iya, mama gue) aja mengakui kalau gue "bukan anak akuntansi". Kedua kakak gue juga mengatakan demikian. Ya, akhirnya mereka melihat minat dan talenta gue yang sebenarnya.
Siapa yang bisa menebak talenta gue yang sebenarnya? Oke, langsung saja. Bakat gue adalah di bidang seni.
Hahaha. Gue sendiri mau ketawa waktu ketik kata "seni" di atas. Yang bener aja? Gue, seorang cewek yang gak cewek-cewek banget, berbakat di bidang seni? Iya, tidak di semua bidang seni.
Tapi secara garis besar, saya menyukai dua bidang seni, yaitu Drawing and Acting.
Gambar-gambar hasil coretan tangan saya sudah sering dipuji oleh kakak dan mama gue (sebenarnya gue khawatir, apa mereka memuji gambar gue karna gue keluarga mereka?). Mungkin bakat menggambar (ingat, MENGGAMBAR, bukan MELUKIS, itu beda!) ini sudah diketahui banyak orang (eakkk), tapi bakat yang satu lagi, belum ada yang mengetahui selain gue dan Tuhan.
Iya, bakat yang gue maksud adalah acting. Siapa yang menduga gue suka acting? Sebenarnya sejak kecil gue udah jago acting. Misalnya, waktu ketahuan sama mama kalau aku menyontek di sekolah, gue bakal merubah ekspresi ketakutan menjadi ekspresi tenang dan berkata, "Apa sih, ma? Gak penting banget aku nyontek demi dapat nilai bagus? Lagian aku juga tetap dapat nilai jelek kan? Mana mungkin nyontek."
Oke, yang itu jangan ditiru.
Tapi , semenjak memasuki usia remaja (dan dengan semakin seringnya menonton drama dari berbagai negara), gue menjadi lebih tertarik dengan dunia acting. Gue berniat memperdalam bakat gue disini. Asal tahu aja ya, kalau gue lagi gak ada kerjaan, gue bakal ngomong sendiri kayak orang gila. Tapi itu gue lagi acting, bukan gila.
Nah, karena kemungkinan 98% gue bakal lanjutin kuliah di bidang Ekonomi (mamanya si akuntansi), jadi gue mempunyai rencana ingin memasuki dunia entertainment di Singapura setelah lulus kuliah nanti. Pertanyaan pertama, serius lu? Oke, niat gue ini sudah 50%. Tinggal restu orang tua dan keluarga aja.
Pertanyaa kedua, kenapa harus Singapura? Karena drama Singapura lah yang memberikan pengaruh terbesar dalam niat gue ini. Dan, idola gue itu ada di Singapura. Kan keren tuh kalau gue bisa satu industri sama sang idola. Hahaha.
Tapi, itu semua masih harapan. Apa pun yang terjadi nantinya, tetap bersyukur dan terima kenyataan.
Sebenarnya gue punya satu bakat lagi, bercerita. Ya, baik cerita nyata maupun cerita yang keluar spontan dari otak gue. Tapi gue agak ragu kalau ini bakat. Soalnya, gue lebih sering berceloteh daripada bercerita normal kayaknya. Biarlah, anggap saja ini bakat. Toh, banyak yang senang dengan celotehan gue (semogaa).
"Dreams are like stars. You can't touch them, but if you follow them, they will lead you to your destiny."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar