Kata orang, mencari 1 orang
sahabat sejati jauh lebih susah dibandingkan mencari 1000 orang teman.
That’s right.
Sebenarnya apa sih sahabat
sejati alias true friend itu? Kenapa susah sekali untuk menemukan satu
saja sahabat sejati? Karena banyak kriteria yang harus dipenuhi sebagai seorang
sahabat sejati, antara lain:
1. Selalu
senantiasa ada untuk sahabatnya.
2. Bisa
mengerti dan menerima segala kelebihan dan kekurangan sahabatnya.
3. Mampu
bersikap jujur dan menaruh rasa percaya pada sahabatnya.
4. Mampu
memaafkan dan mau meminta maaf dengan sahabatnya.
5. Dll
Memang susah mencari orang
yang bisa melakukan semua itu. Bisa saja kita menemukan orang yang memang bisa
menerima kekurangan kita, tapi tidak pernah ada ketika kita membutuhkan (kadang
malah sebaliknya, kita yang ada untuknya ketika dia membutuhkan).
Banyak orang yang bilang
sama aku, “Kita kan sahabat.” But, ketika aku butuh dukungan, butuh saran,
butuh bantuan, mereka hanya mengatakan hal-hal seperti di bawah ini:
-
“Aku dukung lewat doa ya.”
-
“Kamu lakukan aja yang terbaik buat kamu.”
-
“Err, aku gak bisa bantu nih.”
-
“Sorry, aku lagi ada urusan.”
-
“…”
Apa maksud poin terakhir
itu? Ya, itu yang paling parah, tidak merespon ketika kita membutuhkan.
Kata orang, sahabat yang
baik itu menampar dari depan dan bukan menusuk dari belakang. Banyak
orang-orang yang mengaku sahabatku justru tidak tega mau “menampar” aku, mereka
malah berusaha seolah sangat menghargai pendapatku.
Sahabat sejati itu gak akan
segan-segan mengatakan, “Kamu tuh bodoh banget sih mau ngelakuin itu??”, “Kamu
itu buta ya? Masih mau aja percaya sama dia!”, “Udahlah! Kamu jangan mau
dibodohin lagi!”, “Kamu itu childish banget sih!”, dan segala macam
umpatan yang bersifat mendorong kita untuk menjadi lebih baik.
Sahabat sejati itu rela
bertengkar dengan kamu, asalkan kamu sadar akan kesalahanmu.
Sahabat sejati itu rela
bertengkar dengan orang lain demi membela kamu.
Sahabat sejati itu ….
It’s too hard to explain.
---
It’s not easy for me to find
this girl, Jenny Florentina.
Boleh dibilang, dialah sahabat
sejatiku yang sesungguhnya (mendadak jadi geli sendiri dengan kata-kata ini
-_-).
Dia sering marahin aku,
“Begok banget sih mau sama dia!” ketika aku mau menerima cowok yang sudah jelas
tidak baik.
Dia juga gak jarang
berargumentasi denganku.
Dia juga sering ngomel
“Ngapain sih idolain orang-orang itu?? Ampun deh!” ketika aku mengidolakan
artis gak jelas.
Istilahnya, dia
berani-berani saja “menampar”ku ketika aku salah. Dan dia tidak akan pernah
menusukkan pisau tajam padaku dari belakang.
Aduh, kenapa jadi puitis
gini ya? -_-
Fine, to
the point aja deh.
Kenal dia lebih dari 4 tahun
lebih. Dari adiknya yang paling kecil masih berumur 2 tahun, sampai sekarang
sudah masuk SD kelas 1. Dari kami berdua masih childish banget sampai
kami sudah belajar bersikap dewasa.
Seluruh anggota keluarganya
sudah mengenalku (begitu juga sebaliknya). Pernah makan di rumahnya. Pernah
berangkat sekolah bareng. Pernah pulang ke rumah bareng. Punya T-shirt couple
(oke, ini gak nyambung).
Dia iri dengan suaraku yang
berat, karena suara dia cukup nyaring.
Dia (mungkin) juga iri
dengan tinggi badanku. Hahah.
Sebenarnya, dia tidak lebih
cantik dari aku (ya ampun, PD banget!). Dia juga gak lebih pintar dari aku
(yang ini, dia ngaku sendiri loh). Dia juga gak lebih dewasa dari aku (ini juga
dia yang ngaku). Tapi sebenarnya ada satu hal dari hidup dia yang sangat aku
inginkan. Keluarga harmonis.
Tiap kali kalau ke rumahnya
atau ikut mobil keluarganya kemana-mana, ada suatu kebahagian tersendiri
melihat keluarganya. Dia dan adik-adiknya memang sering bertengkar. Dia juga
sering kena marah oleh papa mamanya. Tapi setiap kali kami ada lomba,
keluarganya selalu hadir dan menjadi supporter setia kami. Keluarganya memang
bukan harmonis di “permukaan”, tapi kalau diperhatikan lebih dalam, mereka
keluarga yang sangat harmonis (menurut gue aja sih.)
Tapi sebenarnya bukan itu
inti utama dari post ini (ya ampun, udah panjang lebar tapi belum sampai ke
inti).
Jadi intinya adalah……………
Aku sangat bersyukur karena
memiliki seorang sahabat sejati seperti dia. Aku bersyukur bisa menjadi bagian
dari keluarganya. Aku bersyukur bisa mengisi 1/16 dari memori kehidupannya. Aku
bersyukur bisa memiliki 0,0015 cm2 luas di hatinya. Aku bersyukur
……. Sangat bersyukur………..
Thanks for everything, daughter.
Thanks for everything, best
friend.
NB : Post ini tidak
dipublikasikan dengan alasan memperingati rangka apa pun. Karena hari ini bukan
ulang tahunmu, bukan ulang tahunku, dan bukan peringatan hari bertemunya kita
berdua. Hari ini hanya sebuah hari Senin sederhana yang membuatku terbangun
dengan penuh rasa syukur.