Terkadang manusia memang senang sekali masuk ke dunia orang lain. Lebih memilih mengurusi urusan orang lain daripada urusannya sendiri.
Terkadang ada manusia yang mau mengurusi urusannya sendiri, tapi terkadang juga melakukan pekerjaan sampingan: mengurusi orang lain.
Terkadang ada manusia yang lebih senang hidup di dunianya sendiri. Tidak peduli dengan dunia luar. Tidak peduli dengan urusan orang lain. Dan juga tidak menginginkan orang lain untuk mengurusi urusannya.
Sering sekali ada manusia yang mengatakan wajah orang lain itu jelek, padahal ia tidak pernah bercermin dan melihat wajahnya sendiri yang penuh dengan jerawat.
Sering sekali ada manusia yang membohongi dirinya sendiri, mengatakan "Aku bisa melupakan dia kok." tapi pada saat itu juga bayangan orang yang ingin dia "lupakan" itu semakin merajalela di pikirannya.
Karena itulah, dia semakin dibuat pusing oleh kebohongannya sendiri. Dia menambahkan beban dalam dirinya sendiri. Dia terlalu sibuk meyakinkan dirinya sendiri dan orang lain dengan apa yang ia katakan. Sampai-sampai dia tidak ada waktu untuk memikirkan bagaimana caranya melupakan orang itu.
Manusia yang mampu membohongi dirinya sendiri, akan sangat mudah membohongi orang lain.
Seorang anak kecil mencuri uang milik ayahnya. Ia menghabiskan uang itu lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ketika sang ayah menyadari uangnya hilang dan bertanya pada anak itu, dengan sangat mudah ia membohongi ayahnya dengan berkata : "Aku tidak mencuri, ayah."
Karena dia telah membohongi dirinya sendiri dengan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Bahkan jika dia memang sudah "ahli" dalam hal ini, mungkin dia akan menambahkan kata-kata "peyakinan" seperti ini: "Aku tidak mencuri, ayah. Mungkin uang ayah terselip di saku celana ayah yang dicuci ibu kemarin. Coba ayah tanyakan pada ibu, apakah ia melihat uang ayah yang hilang itu?"
Dan jika dia benar-benar sangat "ahli", dia akan mengatakannya dengan sangat tenang. Menatap kedua mata ayahnya, dan memasang tampang polos tidak bersalah.
Belajarlah untuk jujur pada diri sendiri. Katakan kenyataan apa adanya (tapi bukan berarti pasrah pada kenyataan).
Manusia yang mampu mengingkari janji terhadap dirinya sendiri, akan sangat mudah melupakan janjinya pada orang lain.
Seorang pria yang menduakan pacarnya dan dicampakkan oleh pacarnya, berdiri di depan cermin dan berkata: "Aku berjanji tidak akan menduakan wanita lagi."
Dua bulan berlalu. Dia mendapatkan seorang kekasih baru. Tetapi dia lupa dengan janjinya dulu. Ia bertemu dengan seorang wanita lain ketika sedang kencan dengan kekasih barunya itu. Dan dia tertarik pada wanita lain itu. Ia menduakan kekasih barunya. Dia telah mengingkari janji pada dirinya sendiri.
Lalu suatu hari, temannya bercerita padanya tentang betapa dia mengalami kesusahan ekonomi. Pria itu berkata dengan mantap: "Tenang saja, kawan. Aku janji aku akan membantumu. Aku akan meminjamkan uang padamu."
Tapi dua hari kemudian ketika dia menerima telepon dari temannya yang akan menagih janjinya, dia mematikan teleponnya dan pergi membeli sebuah SIM Card baru tanpa sepengetahuan temannya itu.
Dia tidak peduli lagi dengan "janji"nya itu.
Belajarlah menepati janji atau tekad terhadap diri sendiri. Apa yang telah kamu katakan menjadi pertanggungjawabanmu.
Manusia yang mengatakan orang lain itu buruk, dia sedang mengatai dirinya sendiri.
Seorang gadis sedang mengamati seorang temannya. Ia berbalik dan berkata pada temannya: "Lihat, dia berusaha memikat perhatian para lelaki. Padahal wajahnya tidak seberapa. Lihat tuh, wajahnya berminyak. Apa dia bangga punya wajah buruk rupa seperti itu?"
Lalu seorang temannya menjawab: "Dan apa kamu bangga punya mulut yang suka membicarakan orang lain seperti itu?" Gadis itu terdiam.
Mengatai orang lain buruk, bukan berarti Anda lebih baik daripada orang yang Anda katakan. Mungkin dia memang memiliki keburukan seperti yang Anda katakan, tapi jangan lupa, Anda juga memiliki keburukan, yaitu mulut yang buruk.
Sekarang saya sedang menyinggung gadis dalam cerita di atas. Ya, gadis itu juga buruk. Tapi saya tidak jauh beda dengannya. Cukup saya sadari itu dan tidak perlu dipermasalahkan.
Kita sesama manusia. Saling membicarakan, saling men-judge, saling mengomentari. Itu normal. Tapi tetap sadari keburukan diri sendiri.
Sebelum Anda melakukan sesuatu yang bersangkutan dengan orang lain,
lihatlah diri Anda terlebih dahulu.